Bersujud adalah bentuk perendahan diri di hadapan
Alloh, sekaligus merendahkan hati kepada sesama manusia. Karena itu, bersujud
bisa mengendorkan ketegangan psikis. Bersujud adalah obat psikologis yang
ampuh.
Berawal
dari sakit gigi yang menjalar ke sebagian kepala sejak sore hari, posting ini
lahir. Posting ini juga mengingatkan kepada tema Ramadhan Produktif di rudicahyo.com. Tema ini ada setiap tahun, dan di awali tahun lalu.
Melalui Ramadhan Produktif, pengalaman dan refleksi dituliskan kembali, sehingga
menjadi pelajaran yang asik untuk dibagi. Berbagai pengalaman yang terjadi di
Bulan Suci ini, akan dibagi melalui posting di rudicahyo.com. Ikuti terus ya..
Ok, kembali lagi ke cerita tentang sakit
gigi. Iya, sore ini rasa senut-senut mulai ada saat mengendarai motor. Angin
yang menyambar dan sebagian masuk ke mulut ketika sedikit menganga, membuat
gusi dan gigi tersentuh dinginnya. Awalnya cuma sedikit ngilu. Semakin malam,
semakin seru saja rasanya. Ditambah lagi, harus ikutan kerja bakti warga. Bulan
puasa, kerja bakti yang sedianya dilakukan di pagi hari, diubah menjadi malam
hari. Benar-benar warga yang tangguh ya hehe.
Kembali ke gigi. Awalnya, sebutir
analgesik mampu meredakan sakitnya. Hasilnya, alhamdulillah dapat digunakan
untuk mengikuti kerja bakti. Pada kelanjutan perjalanan, ternyata analgesik
hanya mampu menangkis sakitnya untuk sementara. Untunglah kerja bakti
dibubarkan oleh hujan. Sampai di rumah, rasa sakitnya kembali meremas-remas
gusi, seolah akan mencabut gigi sampai ke akar-akarnya. Tetap dengan jalaran
rasa sakit yang mengungkit-ungkit kepala.
Aku rebus air untuk membuat air hangat
buat kumur. Lumayan sih pada saat, di kumuri air hangat, terasa ada pijatan di
gusi. Tapi setelah kumur usai, rasa sakitnya tetap saja. Sedikit reda sih.
Karena posisi waktu kumur lagi di kamar
mandi, sekalian aku ambil air wudlu. Aku coba gunakan untuk sholat. Awalnya
sulit membuat diri rileks, karena sakitnya tetap memegang kendali. Seharusnya
yang terjadi sebaliknya, sholat justru membuat jadi rileks.
Hebatnya, rasa sakit mereda ketika
posisi tubuh sedang sujud. Ketika memasrahkan diri dan menikmati setiap sentuhan
tangan, lutut dan dahi di lantai, rasa sakit semakin mereda dan tubuh semakin
rileks.
Dari pengalaman ini, pasca sholat aku
cermati arti dari bacaan ketika sujud, “Maha suci Tuhan yang maha tinggi…”.
Pada saat sujud, kita merendahkan diri kita di hadapan Alloh. Pada saat kita
merasa kecil di hadapan Alloh, maka saat itu juga kita belajar merendahkan hati
kepada sesama manusia. Jika kita merasa kecil, maka apa yang patut kita
sombongkan kepada sesama manusia yang juga sama-sama mahluk Alloh yang kecil.
Perasaan bahwa ada yang lebih tinggi,
berkuasa atas kita, membuat kita lebih santai, ketegangan mengendur. Kerendahan
hati sebagai efek dari sama-sama merasa kecil di hadapan Alloh ketika sujud,
juga mengendorkan stress.
Rasa tegang dan stress biasanya disebabkan
oleh rentang harapan dan kenyataan. Membandingkan bisa dilakukan dengan diri
sendiri atau orang lain. Membandingkan dengan diri sendiri, artinya
membandingkan antara diri ideal dan diri real. Sedangkan membandingkan dengan
orang lain, artinya ketidakpuasan karena ada gap atau jarak antara diri dan
orang lain.
Rasa rendah hati mengurangi kebiasaan
membandingkan, baik dengan diri ideal atau dengan orang lain. Kebiasaan
bersujud juga membiasakan kita merasa rendah hati. Jika hal ini melembaga
(terinternalisasi) dalam diri kita, maka kita akan menjadi orang yang biasa
rileks. Tentu saja hal ini akan menyehatkan psikis kita.
Begitulah,
bagaimana bersujud dapat menjadi obat psikologis yang ampuh. Bolehlah ini
disebut sebagai pengalaman spiritual. Apakah Kamu juga punya pengalaman serupa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar